Sumber Gambar : Tan Malaka |
II I. Organisasi
SI PACUL : Organisasi juga kita sebut susunan,
bukan? Apa bentuknya organisasi kita itu dan apa isinya, Dam?
SI GODAM : Kita sekarang dalam masa perperangan
yang tidak dipermaklumkan! Tetapi tetap peperangan tulen, peperangan modern.
Jadi bentuk yang cocok dengan keadaan ialah “Organisasi Rakyat Berjuang”. Isi
susunan kita ialah “tuntutan perjuangan” kita pertama: MERDEKA 100%. Terus
sesudah merdeka 100% mendirikan masyarakat sosialistis berdasarkan industri
berat nasional.
SI TOKE : Jadi dua tingkat itu mesti dipisahkan?
Dalam tingkat pertama, seperti sekarang berada dalam perjuangan merebut MERDEKA
100 % begitukah?
SI GODAM : Benar, mesti dipisahkan, tetapi tak
bisa diceraikan. Apa yang dimaksudkan pada tingkat kedua itu, sebagiannya sudah
boleh malah mesti dijalankan pada tingkat pertama.
SI PACUL : Apakah Organisasi Rakyat Berjuang
menghadapi tiga negara itu, sesudah maksud kita tercapai akan terus berdiri,
atau akan ditukar dengan susunan lain?
SI GODAM : Cul, jauh benar perginya pertanyaanmu
itu. Boleh kujawab bahwa dalam tingkat berjuang buat MERDEKA 100% itu “seluruh”
Rakyat Pemberontak patut disusun dalam satu “KALANGAN” (platform). Dalam masa
MERDEKA 100% boleh jadi tak semua anggota patut mau atau bisa dalam Organisasi
Rakyat Berjuang tadi. Barangkali, bahkan mestinya ada anggota yang tak cocok
sama sosialisme, atau tak cukup kuat iman buat mendirikan Industri Berat
Nasional. Dalam hal itu, kalau perlu dan tak merugikan Indonesia Merdeka,
biarlah sebagian itu keluar dari Organisasi Rakyat Berjuang dan mendirikan
partai baru. Tetapi begitu perkara nanti. Saya pikir dalam pancaroba sekarang
dan sepuluh tahun atau lebih sesudah Indonesia Merdeka 100%, maka paling baik
kalau di Indonesia cuma ada satu “Partai Murba” saja. Putusan bisa lekas
diambil dan kesalahan bisa lekas diperbaiki, percekcokan satu partai dengan
partai lain seperti dalam negara berparlemen bisa dihindarkan. Semakin kurang
percekcokan, semakin lekas mengambil keputusan dan semakin cepat menjalankan
suatu putusan dan memperbaiki sesuatu kesalahan, semakin lekas sampainya
Indonesia Merdeka ke zaman KEAMANAN. Seperti sudah saya bilang di tempat lain,
“Keamanan” itu baru mungkin ada sesudah Indonesia Merdeka memiliki dan
menyelenggarakan sendiri Industri Berat Nasional.
SI PACUL : Terlampau panjang kau bicara ini kali,
Dam. Tunggu dulu! Kuulang sekali lagi.
SI TOKE : Ya, ulang lagi, Cul. Aku juga bingung!
SI PACUL : Pertama sekali rupanya Dam, masa
(periode) perjuangan kita kau bagi dalam dua tingkat besar! Pertama menuju ke
arah MERDEKA 100%. Kedua menuju ke arah keamanan, ialah ber-Industri Berat
Nasional.
SI GODAM : Benar, Cul itu sudah kusebut lebih
dahulu! Mendirikan Industri Berat Nasioal itu masih kuhitung sama berjuang.
SI PACUL : Memang sudah kau sebut Dam. Tetapi
perlu diulangi lagi buat titik melompat. Jadi Dam, kedua engkau bedakan pula
arti “Kalangan” dan Partai. Rupanya “Kalangan” itu ialah medan perjuangan beberapa golongan masyarakat
yang dalam arti khusus mempunyai berlain-lain hasrat, tetapi dalam arti umum
mempunyai satu hasrat saja, ialah Indonesia Merdeka 100%.
SI GODAM : Seperti biasa engkau jitu Cul! Boleh
juga dibilang engkau itu ahli mamah! Gampang sekali engkau mengartikan dan
melaksanakan sesuatu paham.
SI PACUL : Lu, Dam! Aku bukannya lembu atau
kambing Dam! Buat meneruskan golongan tadi, bukanlah Denmas masuk golongan
Ningrat? Sekarang Denmas ingin Merdeka 100%, tetapi sesudah Merdeka 100% itu
bukanlah Denmas mengidamkan suatu “Kerajaan”?
DENMAS : Jangan begitu Cul! Aku juga akan
menyokong pemerintah proletar! Malah aku akan ikhlas memulangkan semua tanahku
kepada proletar tanah.
SI PACUL : Kupegang perkataan itu Denmas! Aku
tahu engkau jujur. Tetapi bagaimana golonganmu, golongan ningrat umumnya?
Kuteruskan pula! Mr.Apal tentu keberatan atas konfiskasi (penyitaan) Perusahaan
Bangsa Asing yang sudah memerangi kita yang membunuh perempuan dan anak-anak
kita yang tak berdosa itu?
MR. APAL : Asal jangan membahayakan kedudukan
kita sebagai negara merdeka, akupun tak keberatan menyita perusahaan asing yang
ceroboh memerangi rakyat Indonesia !
SI PACUL : Kupegang pula perkataan itu, Mr. Apal.
Kuharap semua golongan tuan akan menyetujui politik sitaan itu. Walaupun
begitu, bukanlah mungkin banyak di antara kaum cerdas (intelek) dan borjuis
umumnya yang ngeri menghadapi politik “sitaan” itu?
MR. APAL : M u n g k i n !
SI PACUL : Toke, sekarang buat engkau! Bukankah
ada di antara golongan tengah yang tak akan cocok dengan diktator proletar?
Artinya itu kalau perlu kaum proletar mesin dan tanah sementara tempo
mengadakan pemerintahan berdasarkan “kediktatoran” dari kelas proletar mesin
dan tanah. Saya bilang kalau perlu.
SI TOKE : Kalau buat saya Cul, apa saja
pemerintahan kuterima. Asal cocok dengan keamauan golongan rakyat yang
bertambah dalam negeri dan bisa membawa kita ke arah Merdeka 100% dan Indonesia
Merdeka ber-Industri Berat Nasional.
SI PACUL : Percaya aku akan perkataanmu, Kek!
Tetapi tak semua golongan kaum tengah berpaham seperti kau. Mungkin banyak yang
tak setuju dengan pahammu itu.
SI TOKE : M u n g k i n !
SI PACUL : Mungkin juga setelahnya Indonesia
Merdeka 100%, engkau Kek, malah bersama Mr. Apal dan Denmas, tak mengucapkan
merdeka lagi kepadaku dan kepada Godam... dan terus jalan perpisahan atau.....
(Denmas, Mr. Apal, Toke serentak memprotes!).
SI GODAM : Cul, gara-garamu itu baik jangan
diteruskan. Bisa mendatangkan salah paham. Kembalilah kau pada pembicaraan
bermula.
SI PACUL : Aku tahu Toke, Denmas, dan Mr. Apal
orang jujur. Sebab itu pula kuberani bergara-gara. Pendeknya dengan mereka
seperti yang hadir sekaranglah kita membikin satu Kalangan. Jadi Kalangan itu
mengikat golongan ningrat, borjuis proletar mesin dan tanah yang berhasrat
Indonesia Merdeka 100%. Bukanlah begitu maksudmu, Dam? Hasrat “Kalangan” ini
ialah HASRAT PERSAMAAN di antara beberapa golongan rakyat. Berbeda dengan
hasratnya satu partai yang biasanya mengenai hasratnya satu golongan saja. Saya
bilang biasanya, umpamanya kelas proletar saja atau kelas borjuis saja. Bukan
begitu, Dam?
SI GODAM : Tepat, Cul, benar pak!
SI TOKE : Jadi kita perlu satu “Kalangan” di masa
berperang ini dan “mungkin” memakai satu partai saja di zaman pembangunan
Industri Berat Nasional.
SI PACUL : Sekarang bagi kita yang berada dalam
peperangan melawan tiga negara ini (2 Desember 1945), seandainya “sudah
mempunyai satu Kalangan Rakyat Berjuang”, apalagi yang penting, Dam?
SI GODAM : Yang paling penting tentulah kontak,
yakni ikatan erat di antara kalangan tadi dengan Rakyat Murba. Kalau ikatan itu
tak ada atau kalau ada tetapi tidak erat, maka pada suatu perjuangan mungkin
kalangan tadi berada jauh di depan rakyat. Atau jauh di belakang rakyat. Itu
berbahaya sekali. Hal ini mesti disingkiri.
SI PACUL : Tentu begitu! Kalau Rakyat Murba
terlampau ke muka, karena kalangan berada terlalu di belakang, atau sebaliknya
kalau Rakyat Murba terlampau di belakang karena kalangan terlampau di depan,
maka itu berarti Rakyat Murba tak mempunyai pimpinan yang dibutuhkan. Rakyat
Murba dalam hal itu gampang terjerumus!
SI TOKE : Bagaimana mengadakan ikatan yang erat
itu?
SI GODAM : Carikan besi berani yang menarik dan
mengikat dirinya dengan besi lain!
SI PACUL : Perumpamaan lagi, Dam. Bilangkan yang
pasti nyata saja!
SI GODAM : Carilah sesuatu tuntutan yang bisa
mengikat pikiran perasaan dan kemauan, pendeknya yang mengikat juga Rakyat
Murba.
SI PACUL : Di desaku, Pak Kyai memajukan perang
sabil!
SI TOKE : Kaum pedagang ingin berparlemen!
MR. APAL : Memang Badan Perwakilan Rakyat itu
dirasakan betul oleh Rakyat.
SI GODAM : Ada
tuntutan lahir yang tarikannya kuat seperti besi berani. Buat proletar tani,
apa tuntutan yang lebih menarik daripada “tanah”?
SI PACUL : Tanah buat yang tak punya tanah,
tentulah nasi buat yang lapar.
SI GODAM : Kita percaya kepada idealisme. Tetapi
idealisme itu mesti berdasarkan materi, yakni benda dan kenyataan. Nasi itu
adalah benda yang nyata. Bisakah orang berpikir kalau perut lapar? Apakah
tuntutan berupa hak lahir yang nyata?
SI PACUL : Benar pikiranmu, Dam. Tetapi apa
tuntutan yang nyata buat golongan proletar mesin yang mengambil bagian besar
dalam perjuangan kita ini?
SI GODAM : Di masa damai tuntutan proletar pada
masyarakat kapitalistis tentulah: naik gaji, kurang lama kerja, perbaikan rumah
dll, berkumpul bersidang, dan sebagainya. Tetapi sekarang semua perusahaan
besar di daerah Republik sudah dimiliki oleh Republik, oleh kaum proletar
sendiri. Tuntutan proletar cuma campur mengurus produksi dan distribusi. Kalau
kelak Negara Republik Indoensia itu berdasarkan proletaris sudahlah tentu kaum
proletar yang akan menguasai produksi dan distribusi. Negara Republik Indonesia
niscaya akan berdasarkan proletaris, kalau kaum proletarlah yang menjadi
pelopor pergerakan kemerdekaan ini. Di Surabaya memang proletar mesinlah yang
paling terkemuka dan paling tahan dalam semua perjuangan yang seru sengit.
SI PACUL : Jadi apakah tuntutan proletar di masa
perang ini?
SI GODAM : Tuntutannya yang langsung tentulah
terutama politik. Yaitu menuntut dicabutnya kembali tentara asing manapun juga.
Baru tuntutan yang lain-lain bisa dijalankan. Baru kota dan pabrik yang sekarang di tangan musuh
itu bisa dimiliki dan diselenggarakan oleh kaum proletar.
SI TOKE : Tuntutan “menyuruh mencabut kembali
Tentara asing manapun juga” tentulah dirasa oleh semua golongan rakyat Indonesia . Jadi
tuntutan ini boleh jadi tuntutan “kalangan”. Artinya dirasakan oleh semua
golongan dalam kalangan.
SI GODAM : Ada
beberapa tuntutan lain dan akan dirasa, yang bisa mengikat kemauan pikiran dan
jiwa semua golongan rakyat yang memberontak.
MR. APAL : Baik susun saja nanti semua tuntutan
itu sebagai Program Kalangan Rakyat Berjuang, dalam bagian teristimewa.
SI PACUL : Betul begitu. Cuma terangkanlah Dam,
apa lagi yang kau rasa penting buat organisasi.
SI GODAM : Banyak lagi Cul! Cuma saya takut,
kalau pembicaraan ini akan terlampau panjang dan membosankan.
SI PACUL : Kalau perlu diperpanjangkan, apa boleh
buat, kita mesti cukup mengerti semua perkara yang berhubungan dengan
organisasi itu.
SI GODAM : Sekarang “kalangan” sudah ada,
tuntutan nyata sebagai “tali pengikat” sudah diketahui juga. Bagaimana pula
sekarang mengikat rakyat Murba dan di mana ditaruh “tampuk murba”, yang
memperhubungkan kalangan dan Rakyat Murba itu?
SI PACUL : Yang kau maksudkan dengan tampuk itu
tentulah “sel” bukan?
SI GODAM : Betul Cul! Saya sebut tampuk buat
menggambarkan bahwa Murba itu seolah-olah buah dan tampuk itu adalah sangkutan.
Di situlah tali ikatan yang dibentangkan dari kalangan tadi disangkutkan.
SI PACUL : Bagus perumpamaanmu Dam, tetapi kurang
nyata bagi saya.
SI GODAM : Begini Cul! Kalangan tak perlu dan tak
mungkin bisa berhubungan langsung dengan rakyat Murba seluruhnya. Dia bisa cari
beberapa orang jujur aktif pada tiap-tiap golongan Murba. Umpamanya di golongan
pekerja beberapa orang itu bisa didapat dalam pabrik besi atau bengkel, di
tambang arang atau minyak. Dua tiga orang jujur aktif itulah yang sel, yang
tampuk. Dengan perantaraan dua tiga orang sebagai tampuk di kota
Surabaya itu
umpamanya bisa dimajukan tuntutan nyata. Dengan begitu seluruh perusahaan besi
bisa bergerak, maju menyerang. Dengan dua tiga orang pada tampuk bisa
perusahaan besi di Surabaya
dikerahkan. Boleh jadi perusahaan besi mempelopori seluruh buruh Surabaya , pekerja minyak,
listrik, kereta, dll. Baiklah pula tampuk itu dibikin di perusahaan lain di kota Surabaya
itu, seperti di perusahaan minyak dan lain-lain tadi.
SI PACUL : Kalau begitu di golongan kaum tani
perlu pula diadakan tampuk menurut tingkatan milik proletar tani (proletar
tulen, setengah proletar, tani kecil [melarat] tani tengah dan besar).
SI TOKE : Di antara golongan kecil dan menengah
majikan kecil dan tengah (besar tak ada atau tak berarti di Indonesia )
mestinya ada pula tampuk!
SI GODAM : Jadi kalau sudah ada tampuk dalam
golongan proletar mesin, proletar tanah, dan perusahaan kecil dan menengah maka
dengan tuntutan nyata sewaktu-waktu Kalangan Rakyat Berjuang itu bisa memanggil
dan mengerahkan rakyat Murba.
SI PACUL : Jadinya ikatan itu cuma dalam tempo
menyerang musuh saja.
SI GODAM : Tepat pertanyaanmu, Cul! Tentulah
tidak dalam waktu berjuang saja mesti ikatan itu ada. Dalam masa persiapan pun
itu mesti ada.
SI PACUL : Apa ikatan itu di masa persiapan, di
masa damai?
SI GODAM : Di waktu persiapan mesti ada selalu
hubungan langsung antara Pusat Kalangan dengan Cabang dan tampuk di pabrik,
bengkel, kebun, atau desa. Yang menghubungkan ialah “putusan” yang diambil oleh
pusat yang mesti dilakukan oleh Cabang dan Tampuk. Sebaliknya pula mesti ada
kritik dan usul dari pihak Tampuk dan Cabang ke Pusat. Kritik dan usul pun
adalah perkara yang memperhubungkan Cabang atau Tampuk dengan Pusat. Putusan di
atas mesti diambil sesudah mendengarkan kritik dan usul dari bawah dan dari
para teman pengurus pusat. Apabila suatu putusan yang diambil secara
demokratis, dalam hal berunding dan mengkritik, dimajukan ke Bagian Dalam Pusat
ataupun ke Cabang dan Tampuk, maka wajiblah putusan itu dilakukan dengan jujur,
teliti, dan rajin.Walaupun putusan yang sah demokratis itu tidak disetujui oleh
suara terkecil (minority), maka wajiblah suara terkecil itu menjalankan putusan
yang sendirinya tiada disetujui itu.
MR. APAL : Memang putusan dari suara terbanyak
atas perundingan yang demokratis itu wajib dijalankan oleh seluruh anggotanya.
Atas yang tiada menjalankan atau menyabot putusan itu mesti dijalankan
disiplin. Kalau seorang dalam suatu perkumpulan cuma menjalankan suatu putusan
yang dicocokinya sendiri saja maka kumpulan semacam itu tak mempunyai kekuasaan
apa-apa.
SI PACUL : Mengertilah saya maksudnya disiplin
dalam Kalangan Rakyat Berjuang itu. Apakah sudah habis perkara penting yang
mesti dikemukakan?
SI GODAM : Mesti nyata, dirasa oleh pendengar.
Dengan begitu siaran itu bisa membangunkan pikiran dan seluruh jiwa pendengar.
Buat tani, kehidupan tani yang berhubungan dengan tanah, ternak, pekerjaan, dan
kewajibannya terhadap negaralah siaran (propaganda) yang nyata bisa dirasa.
Buat proletar mesin kehidupannya sebagai pekerja di samping mesinlah yang
mengikat hati dan pekerjaannya. Begitu pula siaran di golongan kaum tengah,
kehidupan yang mengikat perhatian dan pikiran sehari-harinyalah pula yang mesti
dijadikan syarat-syarat siaran itu.
SI PACUL : Pendeknya terhadap Murba siaran yang
nyata terasalah yang mesti kita lakukan. Tetapi apa isinya program buat
Kalangan Rakyat Berjuang yang kau majukan tadi Dam?
SI GODAM : Baiklah diperundingkan program itu di waktu lain
bersama-sama dengan susunan yang cocok dengan Kalangan Rakyat Berjuang itu.Bersambung . . .