![]() |
Sumber Gambar : Tan Malaka |
IV. Program
dan Susunan Kalangan Rakyat Berjuang
A.
PROGRAM
SI PACUL : Bolehkah kita pastikan, bahwa program
itu ialah sarinya hasrat kita?
MR. APAL : Tak salah begitu, Cul.
SI TOKE : Cobalah susun sarinya program kita itu
Dam!
SI GODAM : PROGRAM KALANGAN RAKYAT BERJUANG itu
lebih kurang:
1.
Mendirikan Pemerintah Berjuang oleh rakyat
berjuang
2.
Mendirikan Laskar Rakyat
3.
Membagikan tanah pada tani melarat
4.
Melaksanakan hak pekerja mengatur produksi
5.
Melaksanakan Ekonomi Berjuang
6.
Membersihkan Indonesia dari tentara asing
7.
Melucuti senjata Jepang.
SI PACUL : Sedikit penerangan Dam! Baik juga kau
batasi Pemerintah itu. Sungguh benar kalau kau sebut Pemerintah Berjuang.
Pemerintah yang tiada berjuang bersama-sama dengan rakyat yang sedang berjuang
itu adalah pemerintah yang mengharapkan hadiah dari atau kompromis dengan
imperialisme ceroboh! Pemerintah berjuang itu mesti dipilih oleh rakyat berjuang
pula. Mereka yang menunggu-nunggu kemenangan Inggris-Nica tiada berhak memilih
Pemerintah Berjuang itu.
SI GODAM : Sebetulnya begitu Cul!
SI TOKE : Jadi Laskar Rakyat itu maksudnya ialah
Laskar Rakyat Berjuang yang dipimpin oleh Pemerintah Rakyat Berjuang tadi.
Laskar Rakyat itu mestinya lepas sama sekali dari pimpinan atau pengaruh
semangat yang ingin “kompromis” atau takluk bertekuk lutut.
SI GODAM : Begitulah, Kek.
SI PACUL : Pembagian tanah itu ada sedikit sulit,
Dam. Kepada siapa terutama dibagikan tanah itu? Apakah tanahnya ningrat juga
sekarang mesti dibagi-bagikan?
SI GODAM : Dasar pembagian itu dalam garis
besarnya yang berpunya kelebihan dikurangkan sampai cukup buat dirinya sendiri,
buat dikerjakan sendiri. Yang kekurangan ditambah sampai cukup buat dikerjakan
sendiri. Di mana ada satu golongan yang mau memiliki tanah itu bersama dan
menyelenggarakan bersama, kemauan golongan itu harus dibantu.
SI PACUL : Jadi yang pertama mesti dikasih tanah
ialah proletar tani, ialah tani yang tak punya tanah sama sekali. Kedua yang
punya setengah cukup. Ketiga yang cukup, tetapi sederhana saja. Tapi tanah
siapa yang mesti dibagibagikan itu?
SI TOKE : Sekarang engkau dapat bagian, Denmas.
DENMAS : Aku? Aku tidak keberatan!!
SI GODAM : Tanah Ningrat biasanya tak luas!
SI PACUL : Seandainya ada yang luas?
SI GODAM : Kalau Ningrat yang bertanah luas itu
menentang Republik dan seorang kaki tanganya Nica, baiklah tanahnya
dibagi-bagi.
SI TOKE : Semuanya tanah kapitalis asing
dibagi-bagi pulakah?
MR. APAL : Memang patut kebunnya Inggris-Belanda
yang sudah memerangi rakyat Indonesia itu disita saja. Mereka sudah memerangi
kita dan mengambil puluh ribuan jiwa rakyat kita.
SI PACUL : Jadi kalau kita mengambil harta
bendanya kapitalis ceroboh itu, yang sebenarnya tanah kita sendiri dan
diusahakan oleh tenaga kita sendiri, pekerjaan kita itu tidak berlawanan dengan
aturan internasional. Bukankah satu negara yang memerangi negara lain hartanya
disita oleh negara lain itu?
SI GODAM : Siasat pembagian tanah itu mengandung
dua maksud. Pertama, sebagai siasat kemakmuran. Ialah satu siasat yang
dijalankan dengan maksud menambah kemakmuran. Dalam masa berjuang inipun hasil
itu tak boleh dikurangkan. Kedua sebagai siasat memberontak. Apabila tanah itu
diterima dan dikerjakan oleh seorang penentang imperialisme ceroboh maka pada
ketika itulah pula dia menjadi seorang prajurit perjuangan yang taat setia pada
kemerdekaan. Buat dia kemerdekaan itu berarti harta benda yang diperolehnya
itu, yang mesti dipertahankan mati-matian. Kehilangan Kemerdekaan Indonesia
buat dia berarti kehilangan mata pencaharian, yang sudah dipegangnya dan
diselenggarakannya buat dia dan anak istrinya.
SI PACUL : Ringkasnya siasat pembagian tanah itu
berwujud kemakmuran dan semangat perjuangan.
MR. APAL : Pabrik, bengkel, tambang, kereta dan
lain-lain perindustrian sudah dimiliki oleh Republik. Apakah lagi tindakan yang
sekarang mesti diambil?
SI GODAM : Selekas mungkin mereka mesti diberi
hak mengatur produksi dan distribusi. Lagipula mereka mesti ditarik ke dalam
badan politik, di kota daerah dan negara. Dengan begitu mereka betul-betul
menjalankan hak mereka mengatur produksi, distribusi, dan politik. Dengan
begitu mereka betul-betul merasakan hak mereka lahir-batin.
SI PACUL : Cuma dalam masa perjuangan ini mesti
dipelajari lebih dahulu apa industri yang mesti diteruskan atau ditambah.
Perdagangan dengan luar negeri sudah putus. Sebagian besar perindustrian
Indonesia sekarang terhenti dengan terhentinya perdagangan dengan luar negeri
itu. Perindustrian Indonesia di bawah Belanda didasarkan barang bahan dan
barang yang diperniagakan ke luar negeri.
SI TOKE : Jadi perindustrian sekarang mesti
dicocokkan dengan keperluan perjuangan saja.
SI GODAM : Tepat Kek. Ini menuntut pemeriksaan
yang pertama, serta perundingan dan tindakan yang cepat tepat. Ini berhubungan
dengan “Rencana Ekonomi” yang akan dibrosurkan pula. Dengan begitu maka Titik
6, yakni perkara melaksanakan Rencana Ekonomi Berjuang kita tunda ke lain waktu
dan lain perundingan.
SI PACUL : Perkara 6, dan 7, yakni membersihkan
Indonesia dari tentara asing dan melucuti senjata Jepang adalah akibat yang
terdasar pertama oleh timbulnya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus dan
kedua, oleh perebutan “agresif ” (ceroboh) dari pihak Inggris dan bonekanya
Nica sendiri.
SI GODAM : Hak membalas “perang” dengan “perang”
itu adalah cocok dengan hak mutlak dan kehormatan Negara Merdeka. Manusia
Merdeka dan Berkehormatan itu juga berhak dan terus balas “jotos” dengan
“jotos”. Di dunia hewan cuma anjing yang merangkak kembali kepada tuannya
sesudah dipukul. Dalam masyarakat manusia cuma budak yang menerima pukulan
dengan tidak melawan. Republik Indonesia Merdeka akan sendirinya terlempar ke
jenis “anjing atau budak”, kalau “perang” tidak dibalas dengan “perang” pula.
Tak ada pengakuan yang kita, Indonesia Muda, akan rebut dari hati sanubari
Negara Merdeka dan Rakyat Merdeka di luar Indonesia.
SI PACUL : Benar! Negara dan Rakyat Merdeka di
dunia ini akan jijik melihat sikap kita. Dalam hatinya mereka akan berkata:
“Republik” Budak di Indonesia itu sudah sepantasnya “diakui”, tetapi bukan
sebagai Negara Merdeka, melainkan sebagai Dominion, Gemennebest atau corak
jajahan lain-lain buat diinjak-injak oleh Inggris atau Belanda selama dunia
berkembang.
MR. APAL : Memang akibatnya pengakuan kita atas
kemerdekaan kita sendiri itu mengandung pengakuan dan kewajiban: “kita sendiri
melucuti Jepang”.
SI PACUL : Itu sudah logis dan semestinya.
B.
SUSUNAN
SI GODAM : Yang dimaksudkan di sini bukanlah
susunan pemerintah, tetapi susunan “Kalangan Rakyat Berjuang”. Maksudnya
terutama memang berjuang. Perkara yang lain-lain seperti pendidikan, kesehatan,
dll dalam arti yang dalam dan luas sepatutnyalah kalau diserahkan kepada
pemerintah saja.
SI PACUL : Tepat Dam! Maksud “kalangan” itu yang
pertama dan terakhir ialah “MEMANG BERJUANG”. Pada “kalah menangnya” rakyat
kita dalam perjuangan inilah tergantung “tumbang atau tumbuhnya” Republik kita
dan hidup matinya Rakyat Indonesia.
SI GODAM : Buat susunan perjuangan itu, saya
pikir ada tiga bagian yang penting sekali, pertama Bagian Politik, kedua Bagian
Pertahanan, ketiga Bagian Ekonomi.
DENMAS : Manakah bagian yang terpenting?
MR. APAL : Dalam Negara Republik berdasarkan
Kedaulatan Rakyat dan Sosialisme, sudahlah tentu Bagian Politik itu yang
terpenting. Bagian Politik itulah yang menentukan arah jalannya Negara, seperti
seorang nahkoda menentukan arah kapalnya berlayar. Jadi dalam hal putus memutus
Bagian Politik-lah yang menjatuhkan kata terakhir.
SI PACUL : Memang kalau putusan terakhir itu
jatuh di tangan Bagian Pertahanan, maka mungkin negara kita akan bersifat
militeristis. Keadaan sifat begitu mesti kita singkirkan dari sekarang.
MR. APAL : Akibat pemerintahan militeristis yang
terdiri dari ratusan pulau ini akan memberi jalan kepada perpecahan. Satu
diktator militer di Jawa umpamanya akan mengundang adanya diktator militer di
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, mungkin pula di Ambon
atau Maluku. Republik kita dan kemerdekaan kita jatuh atau berdiri dengan “kata
mufakat”. Kalau kepulauan Indonesia
tak bisa mengadakan pemerintahan yang didirikan atas “kata mufakat” maka
besarlah bahaya kita atas perpecahan.
SI GODAM : Pendeknya putusan penghabisan dalam
pimpinan politik negara mesti terletak di tangan Bagian Politik. Apabila arah
politik sudah ditentukan dan diputuskan oleh kalangan buat berjuang maka kepada
Bagian Pertahananlah diserahkan menetukan siasat dan pimpinan perjuangan.
SI PACUL : Sudahlah tentu Bagian Politik tidak
akan berdiam diri saja.
SI GODAM : Tentu tidak! Siasat berjuang dan
pimpinan berjuang itu senantiasa mesti diketahui dan diawasi oleh Bagian
Politik. Pun Bagian Ekonomi bukanlah satu bagian yang terpisah dan menonton
saja. Pada Bagian Ekonomilah terletak kewajiban menjaga keekonomian. Makan minum,
pemondokan, perawatan, pengangkutan dll dari tentara yang sedang berjuang
mati-matian itu membutuhkan perhatian pikiran dan kemauan para pengurus
sepenuh-penuhnya.
MR. APAL : Ringkasnya mesti ada kerja
tolong-menolong antara Bagian Ekonomi, Bagian Pertahanan, dan Bagian Politik.
Tetapi putusan tertinggi dan bertangngung jawab terhadap Rayat Berjuang
mestinya berada di tangan Bagian Politik.
SI PACUL : Memang kekuasaan dan tanggung jawab
itu mesti ditentukan lebih dahulu. Kalau tidak akan timbul kekacauan kiri-kanan
seperti sekarang. Apalagi kalau tentara kita di medan perang sedikit mendapat kemunduran,
maka kekacauan dalam Badan Pimpinan itu bisa memasukkan biji “devide et
empera”, pecah dan kalahkan dari pihak musuh yang mengintai-intai itu.
SI GODAM : Tiap-tiap tiga bagian itu mempunyai
cabang (pembagian) pula. Bagian Politik saya pikir terutama dibagi empat cabang
besar pula, ialah : 1. Urusan garisan politik Kalangan 2. Usaha menyelidik
semua hal yang mengenai politik 3. Urusan penerangan 4. Urusan susunan.
SI TOKE : Memang pembagian pekerjaan dan tanggung
jawab itu perlu sekali. Semua cabang di atas saya anggap penting. Garis politik
mesti dipegang betul supaya kita jangan menyimpang dari garis yang sudah
ditetapkan oleh Sidang Kalangan. Barangsiapa yang menyimpang dari garis itu
mesti dikenai disiplin, ialah sesudah diperoleh bukti yang sah. Urusan
penyelidik mestilah selalu siap sedia menjaga supaya jangan masuk orang atau
paham yang merugikan perjuangan kita. Sudahlah terang bahwa penerangan dan
siaran itu penting sekali. Keyakinan dan siaran itu penting sekali. Keyakinan
dan semangat rakyat bisa dipegang dan diperhebat dengan jalan penerangan dan
siaran. Bahaya mata-mata musuh itu tak ada selamanya bisa didapat dengan jalan
penerangan dan penyiaran. Rakyat yang serba gelap gampang dimasuki setan
pemecah belah. Akhirnya susunan di pusat, cabang, dan tampuk mesti dicocokkan
buat seluruh negara, pulau, provinsi, daerah, kota , dan desa. Itulah perlunya cabang urusan
susunan di atas.
SI GODAM : Kupikir baiklah Bagian Pertahanan itu
kita bagi pula atas empat urusan : 1. Urusan Tentara Rakyat 2. Urusan
Kepolisian 3. Urusan pemuda berjuang 4. Urusan porewa (milisi)
SI PACUL : Urusan tentara itu sudah tentu
berhubungan dengan latihan kemiliteran pimpinan tentara berupa opsir dan
persenjataan. Begitu juga urusan kepolisian. Urusan pemuda yang berkenan dengan
pertahanan itu sesungguhnya pula perlu mendapat perhatian teristimewa. Boleh
dikatakan bahwa di bahu pemudalah sebagian besar terletaknya pertahanan Negara
Republik. Yang mestinya tak kurang mendapat perhatian ialah urusan perang.
Dalam masa Imperialisme Belanda ada satu golongan orang Indonesia yang
berdarah merdeka dan bersifat pemimpin, mereka tak mau terikat oleh aturan yang
ditimbulkan oleh Imperialisme Belanda, baikpun aturan yang berhubungan dengan
ekonomi ataupun politik. Mereka mempunyai para pengikut, tiap-tiap pemimpin
sampai 500-1.000 orang, yang ikut pemerintah pemimpinnya dengan tak menghitung
laba rugi, hidup mati. Di masa imperialisme Belanda mereka dianggap musuh
ketentraman masyarakat yang memang bobrok itu. Sekarang mereka sendiri tak
menginginkan masyarakat jajahan itu dikembalikan. Di mana-mana mereka
mengadakan tindakan sendiri menghadapi musuh yang ceroboh bersenjata lengkap.
Di mana mereka menerima kepercayaan Murba dan tanggung jawab, di sana mereka mengadakan
perubahan yang baik. Mereka yang dibentuk oleh masyarakat jajahan dahulu itu,
kaum porewa, yang semangat berontak dan senantiasa serempak serentak berontak
dan mesti ditaruh di bawah perhatian dan pimpinan yang sehat. Kalau tidak,
mereka akan bertindak sendiri dan mungkin merugikan perjuangan.
SI GODAM : Memang kita mesti urus dan perhatikan
semua golongan manusia yang kita warisi dari masyarakat jajahan yang busuk itu.
Memang gampang melamunkan “prajurit suci” yang beridaman “suci”. Tetapi dalam
dunia perjuangan ini, kita tiada mengelamun. Kita mesti praktis! Kita mesti
berjuang dengan alat berupa barang, dan manusia yang ada pada kita. Akhirnya
Bagian Ekonomi mesti mempunyai cabang pula buat: 1. Urusan pekerja, 2.
Pertanian, 3. Perusahaan, dan 4. Pasar. Prajurit pekerja dan proletar tani
tentulah mesti mendapat perhatian luar biasa. Buat proletar muda mesti diadakan
latihan dan kursus, supaya mereka disiapkan buat memimpin perusahaan,
pertanian, politik, dan pertahanan negara. Perhatian kita mesti memusatkan
kepada ini, karena merekalah yang paling aktif dan sudi berkorban dalam
perjuangan yang paling hebat dahsyat ini. Seboleh- bolehnya kaum pedagang dan
perusahaan kecil dan tenaga itu disusun pula dalam satu organisasi seperti
koperasi. Semangat perorangan yang mengendali perhatian dan aksi mereka mesti
dibelokkan pada semangat kolektif, gotong-royong buat membantu republik yang
dalam marabahaya ini. Kaum dagang di pasar pun termasuk pada golongan ini juga.
Begitulah susunan “Kalangan” itu dalam garis besarnya.
SI PACUL : Memang kalau susunan semacam itu bisa
dilaksanakan di pusat, di pulau, di provinsi, di daerah kota, 70 juta rakyat
Indonesia ini tak akan bisa lagi digertak atau ditipu pembujuk ataupun bajak
perampok dari arah manapun juga datangnya. Siaran si perampok ataupun siaran
pelor-bom akan melayang tersia-sia saja!
Bersambung . . .