Sumber Gambar : Tan Malaka |
V. SYARAT
SERTA TAKTIK BERJUANG
SI PACUL : Sekarang (2 Desember 1945), “seandainya” kita sudah mempunyai Kalangan Rakyat Berjuang seperti sudah kita uraikan di atas. “Kalangan” itu seandainya pula sudah berdisiplin yang kuat kokoh. Semuanya rakyat yang berontak sudah terikat di bawah pimpinan atau pengaruhnya. Janganlah pula dilupakan beberapa perkara di bawah ini: Musuh kita Inggris-Belanda hakikatnya amat bertentangan. Dalam tentara Inggris dan Nica tak kurang adanya pertentangan. Sekutupun terbagi atas pro dan anti Indonesia Merdeka. Seluruh Asia dan Afrika yang dijajah memihak pada Republik Indonesia. Dunia proletar Internasioal tak menyukai Perang Dunia Ketiga. Akhirnya Soviet Rusia dan Tiongkok memperamati dan 100% menyetujui Republik Indonesia. Apakah syarat dan taktik strategi atau TIPU MUSLIHAT berjuang?
SI PACUL : Sekarang (2 Desember 1945), “seandainya” kita sudah mempunyai Kalangan Rakyat Berjuang seperti sudah kita uraikan di atas. “Kalangan” itu seandainya pula sudah berdisiplin yang kuat kokoh. Semuanya rakyat yang berontak sudah terikat di bawah pimpinan atau pengaruhnya. Janganlah pula dilupakan beberapa perkara di bawah ini: Musuh kita Inggris-Belanda hakikatnya amat bertentangan. Dalam tentara Inggris dan Nica tak kurang adanya pertentangan. Sekutupun terbagi atas pro dan anti Indonesia Merdeka. Seluruh Asia dan Afrika yang dijajah memihak pada Republik Indonesia. Dunia proletar Internasioal tak menyukai Perang Dunia Ketiga. Akhirnya Soviet Rusia dan Tiongkok memperamati dan 100% menyetujui Republik Indonesia. Apakah syarat dan taktik strategi atau TIPU MUSLIHAT berjuang?
SI GODAM : Seperti dalam perjuangan, maka di atas
segala-gala yang terpenting tentulah “keyakinan” dan kekuasaan menang.
DENMAS : Memang keyakinan dan kehendak itu adalah
uap kereta dan listrik buat mesin, ialah satu kodrat pendorong. Tetapi di luar
Rakyat Murba apalagi di antara kaum intelek masih banyak yang sangsi atas
kemenangan. Alasan mereka tentulah sebab kekurangan senjata. Kekurangan ini,
kekurangan itu!
SI PACUL : Yang sangsi itu mestinya ada di dalam
semua perjuangan. Tetapi Rakyat Murba tidak main hitung semacam itu. Ada atau
tak ada pimpinan, mereka terus gempur Inggris-Nica yang ceroboh dan yang mulai
bertindak melucuti senjata prajurit Indonesia.
SI TOKE : Memang maksud Inggris-Belanda sekarang
sudah lebih terang! Keterangan dari Perdana Menteri Inggris bahwa Pemerintah
Inggris cuma mengakui Hindia-Belanda sudah cukup terang.
SI PACUL : Semua tindakan Inggris-Nica sendiri
sudah lebih terang buat mereka yang “mau” mengerti. Tetapi buat mereka yang tak
mau mengerti karena dalam hati sanubarinya sudah terpendam “kemauan buat
kompromi”, apapun juga bukti tentang maksud Inggris-Belanda yang sebenarnya tak
akan dimengerti oleh mereka. Mereka mau kompromi dengan Inggris-Belanda,
bermusyawarah dengan Inggris-Belanda, sedangkan “musuh” masih dalam negara
kita. Barangkali nanti debat mendebat dalam permusyawaratan, pilih memilih
wakil buat Dewan ini dan itu, pendeknya rebut merebut kursi, pangkat, dan gaji.
Sedangkan musuh masih “dalam” Negara!
SI GODAM : Asal kalangan berjuang selalu berdiri
di tengah-tengah Rakyat Murba dan memimpin Rakyat Murba dengan keyakinan dan
kemauan menang dan perhatikan semua syarat dan taktik berjuang, kita bisa
dengan tenang menyerahkan hari depan Republik Indonesia kepada Sang Waktu.
SI TOKE : Apakah pula syarat itu, Dam?
SI GODAM : Banyak juga. Tetapi terutama yang
mesti dilakukan: 1. Pegang ini tiap-tiap menyerang. Artinya siasat menyeranglah
yang kita utamakan. 2. Cari gelang rantai pertahanan musuh yang lemah. Putuskan
rantai itu. Kepunglah masing-masing putusan itu dan hancurleburkan. 3. Selalu
hitung lebih dahulu: kekuatan pertahanan musuh dan kekuatan kita menyerbu. 4.
Selalu bisa memilih mana yang baik: menjalankan muslihat menyerang dari depan
atau dari samping atau mengepung. Gempurlah rombongan kecil-kecil! Seranglah
sekonyong-konyong. 5. Selalu ada persiapan menggempur mata-mata musuh (tetapi
jangan berlaku tidak adil atau kejam karena terburu nafsu). Periksalah dengan
seksama.
SI TOKE : Apa yang “jangan” dilakukan? Engkau
sudah bilang apa yang “mesti” dilakukan?
SI GODAM :
1.
Jangan lupa bahwa kita bukan melawan tentara.
Senjata kita terutama politik, ekonomi dan gerilya.
2.
Jangan lupa mendengungkan ke dalam dan ke luar
negeri bahwa Republik Merdeka adalah 100% hak kita dan Inggris-Belanda tak
berhak mencampuri urusan rakyat Indonesia. Satu persen pun tidak!
3.
Jangan lupa bahwa walaupun dunia internasional
membiarkan kota Indonesia dibom atom, desa dan gunung Indonesia cukup banyak
buat perlindungan kita. Bumi cukup kaya buat hidup tak dengan kota . Tetapi Inggris-Belanda dengan tentara
modern tergantung sebagian besar pada kota modern di Indonesia.
4.
Jangan lupa bahwa Inggris, Nica, Gurkha, dan
Jepang selalu kalah kalau berada jauh dari armada yang membantu dengan meriam
dan kapal terbangnya. Jangan lupa contoh Magelang. Jangan putus asa kalau kalah
di pantai. Di gunung pasti menang, kalau mau menang. Jadi jangan hilang akal
kalau sebentar terpaksa meninggalkan kota. Jangan lupa menggempur kembali ke
kota, apalagi dalam gelap dan hujan. Sekarang Jendral hujan sudah memanggil.
5.
Jangan lupa bahwa Inggris-Nica dan pengkhianat
di sampingnya tak bisa hidup tak dengan air, makanan, sayur, daging, dan
pertolongan rakyat Indonesia. Jangan lupa bahwa setiap jam setiap hari tentara
Inggris- Amerika terhalang maksudnya, jutaan rupiah ongkos yang mesti
dipakainya dan dipikulkannya ke bahu rakyat yang sudah miskin melarat itu.
6.
Jangan lupa bahwa kesabaran rakyat Inggris,
Belanda, dan rakyat dunia lain yang ingin damai, ingin barang bahan Indonesia
itu, ingin karet, minyak tanah, timah, gula, kina itu ada batasnya. Rakyat dunia
itu tidak bisa selamanya membiarkan Inggris dan Belanda mengacau di Indonesia,
bagian bumi yang penting buat perdagangan dan lalu lintas itu.
7.
Dalam menjalankan taktik greliya dan kalau
perlu taktik bumi hangus dan terendam, janganlah menyerang dari depan kalau
musuh terkumpul dan bersenjata lengkap. Singkirkanlah peperangan tentara
menghadapi tentara. Janganlah lupa bahwa Rakyat Murba mendapat senjata baru
yang cocok buat taktik gerilya, ialah GRANAT TANGAN yang sekarang ada
bertimbuntimbun. Jangan lupa bahwa granat tangan dan bambu runcing berkali-kali
mengacau-balaukan dan mempontang- pantingkan gabungan Inggris, Nica, Gurkha,
dan Jepang. Jangan lupa bahwa Bukit Barisan Indonesia dari Aceh ke Lampung,
dari Banten ke Banyuwangi terus ke Timor, di Malaka, Kalimantan dan Sulawesi
selama ini menunggu-nunggu putera Indonesia yang pahlawan-perwira buat
bersembunyi sebagai pahlawan hutan Indonesia. Sang macan.... menghancurleburkan
penjahat manapun juga di abad ke 20 ini.
SI PACUL : Tepat Dam...... Bukit Barisan yang
sebagai macan, dengan taktik macan menunggu-nunggu penjajah buat diterkam
dirobek-robek. Naik semangatnya Dam!
SI TOKE : Aku pun begitu Dam! Tadi sesudah
mendengar kabar kekalahan kita di Surabaya terharu betul hatiku. Hampir percaya
kepada kaum pengeluh. Ah, kita kekurangan ini, kekurangan itu, kita akan kalah!
“Kasihan sama Rakyat”. Tetapi sekarang aku yakin Bukit Barisan kitalah benteng
kita yang terakhir.
MR. APAL : Ingat sama Fabius, ahli mundur! Dia
adalah seorang pahlawan Romawi melawan tentara Punisia yang kuat, di bawah
pimpinan Jendral Punisia yang gagah perwira yang cerdik sekali. Tetapi akhirnya
dengan taktik teratur Romawi menang juga.
DENMAS : Memang mesti dicamkan juga pada rakyat,
bahwa tentara yang berperang itu tidak semestinya maju saja. Ingatkan pula
bahwa senjata kita bukanlah senjata api semata- mata. Senjata kita juga berada
dalam ekonomi dan politik. Malah Jendral Hujanpun satu senjata kita.
SI PACUL : Ya! Sebenarnya kita sedikit salah di
Surabaya terhadap rakyat kita.
SI TOKE : Apa salahnya Cul ?
SI PACUL : Sebenarnya kita mesti bagikan kain
kepada rakyat ketika kita sudah sita kain bertimbun-timbun. Rakyat kita butuh
kain! Kain itu adalah hasil kemenangan rakyat Surabaya yang berjuang merebut kembali hak
miliknya. Pada saat itu juga mestinya rakyat yang ditelanjangi Jepang itu
ditutupi badannya. Satu muslihat buat melaksanakan siasat kemakmuran dan
mempertinggi semangat pemberontak!
SI TOKE : Baiklah hal itu menjadi pelajaran di
hari depan. Lekas PENUHI KEBUTUHAN RAKYAT di mana saja. Jangan ditunggu-tunggu
lagi! Rakyat sudah kebosanan JANJI!!
MR. APAL : Sekarang rasanya sudah cukup kita
rundingkan apa siasat dan taktik yang perlunya dijalankan berjuang. Tentu masih
ada ketinggalan di sana-sini. Tetapi saya pikir baiklah Godam membikin satu
pidato di depan kami, satu pidato sebagai contoh buat seorang propagandis di
depan umum. Kami mau pakai sendiri.
SI GODAM : Saudara sekalian tahu, bahwa
sesungguhnya aku bukan ahli pidato.
SI TOKE : Tak perlu kita caranya melaksanakan
pidato itu, cara itu tidak penting buat Rakyat Murba yang sedang berjuang
mati-matian. Yang penting ialah “ISI” pidato itu.
SI PACUL : Silakan Godam!
DENMAS : Aku seorang ningrat, Dam. Engkau berasal
dari kelas benggolan, bekas stoker, bekas masinis. Tetapi dalam semua
perundingan kita engkau perlihatkan kecerdasan, keberanian, dan kejujuran.
Kuangkat pecisku di depan kecakapanmu, Dam. Aku mengaku muridmu, Dam.
MR. APAL : Aku seorang bertitel meester, Dam.
Dunia intelek di zaman Belanda mengakui tingginya pengetahuanku, Dam. Mr. ialah
pengakuan yang tertinggi tentang pengetahuan dalam hal undang-undang. Engkau
seorang keluaran sekolah rendah saja. Tetapi engkau seorang “self-made-man”
yang jaya. Contoh di segenap sejarah manusia cukup banyak kau ketahui! Contoh
yang membuktikan bahwa “genie” itu tak selamanya keluaran sekolah tinggi. Aku
tak malu, Dam, mengakui ketangkasanmu dalam berpikir dan bersoal jawab. Aku
sudah mendapat pengakuan atas pengetahuanku. Tetapi sekarang aku insaf bahwa
dalam masa pancaroba ini aku tak sanggup menyelami jiwa Rakyat Murba, menyusun
menggerakkan tenaga Murba, yang diserahkannya pada pimpinan perjuangan itu.
Berdirilah Dam, buat kami, buat contoh, buat MURBA, yang bergelora semangatnya,
sesudahnya kami sendiri bertahun-tahun sudah membangunkannya ialah semangat
MERDEKA. Apabila sekarang mereka melaksanakan apa yang kami kaum intelek
sendiri, bangunkan dan muliakan itu, kami kaum intelek terutama saya sendiri
sebagai intelek tidak berdiri di tengah rakyat, memimpin atau membantu, maka
saya sendiri rasa bahwa kaum intelek tidak jujur terhadap rakyat dan dirinya
sendiri. Dan kalau rakyat Murba sekarang sebagai akibatnya propaganda puluhan
tahun di mana-mana tiada “dipimpin” dan dibiarkan dirobek-robek oleh pelornya
Inggris- Nica-Gurkha-Jepang, maka hal itu, aku Mr. Apal, anggap sebagai satu
pengkhianatan si sejarah Indonesia yang terpenting.
SI PACUL : Silakan Dam!
SI GODAM : Saudara dan saudara! Tiga minggu yang
lampau Inggris menuduh kita rakyat Surabaya
membunuh seorang opsirnya. Dia tidak mau mengadakan pemeriksaan atas benar
tidaknya pembunuhan itu. Dia tidak mau tahu apakah matinya opsir itu disebabkan
tembakan dalam pertempuran kacau balau atau oleh pelor serdadunya sendiri yang
menembak rakyat Indonesia .
Bahkan dia tiada mau tahu apakah opsir itu benar mati apa tidak. Pihak Indonesia tiada
mendapatkan opsir itu hidup, luka, atau mati di tempat pertempuran itu
dilakukan. Pihak Indonesia
siap sedia mau mengadakan pemeriksaan yang seksama. Tetapi tidak sekali ini
saja Inggris pintar mencari alasan. Sudah kita ketahui bahwa pada hari itu
Inggris sudah mempunyai rencana yang pasti dan beres. Rencana itu ialah
menduduki Surabaya
bersama serdadu Nica yang sudah tiba dari luar negeri. Ada
atau tidaknya kesalahan Indonesia
tuduhan mesti dikemukakan. Benar tidaknya tuduhan itu tuntutan mesti dilakukan.
Inggris, Saudara, menuntut supaya rakyat dan tentara Republik Indonesia
dilucuti senjatanya. Rakyat dan tentara Republik Merdeka mesti bertekuk lutut
menyerahkan semua senjata. Cuma rakyat satu negara yang mau melepaskan hak
kemerdekaannya, yang mau dihina dan diperlakukan sebagai budak belian, yang
sanggup memenuhi tuntutan Inggris itu. Inggris bukannya diserahi oleh Sekutu
melucuti senjata rakyat Indonesia, melainkan melucuti tentara Jepang.
Seandainya diserahi perlucutan itu, Indonesia tak perlu dan hina sekali kalau
ia membenarkan tuntutan Inggris itu. Tuntutan itu berlawanan dengan kedaulatan
Rakyat Merdeka. Rakyat Indonesia sejak tanggal 17 Agustus ialah suatu negara
merdeka. 70 juta rakyat Indonesia menyetujui dan ternyata menyokong kemerdekaan
itu dengan harta benda serta jiwa raganya. Patutkah rakyat suatu negara merdeka
dilucuti senjatanya? Satu syarat pertama negara merdeka ialah kemerdekaan
kemauan dan kesanggupan negara itu mempertahankan kemerdekaannya. Hilanglah
kemerdekaannya kalau rakyat itu tiada bersenjata lagi. Maksud Inggris bukanlah
melucuti senjata Jepang, melainkan melucuti senjata rakyat Indonesia. Rakyat
yang tiada bersenjata itu akan mudah digertak, diinjak-injak, atau disembelih
oleh Nica yang disiapkan oleh imperialisme Inggris sebagai penjajah Indonesia.
Apabila pemerintah Nica sudah teguh tegap kembali menjajah Indonesia ini, maka
Inggris berharap akan mendapat kembali kebun, tambang, pabrik, dan tokonya. Inilah
maksud Inggris yang sebenarnya. Betapapun Inggris menyangkal tuduhan kita dan
dunia lain bahwa bermaksud mengembalikan Indonesia ke derajat suatu jajahan,
semua bukti menyaksikan hasrat Inggris itu. Lagipula semua Inggris di Asia dan
Afrika menyaksikan kebohongan, kelicikan, dan kebuasan Inggris dalam hal jajah
menjajah. Suara imperialisme Inggris adalah suara perempuan lacur. Perkataannya
tak boleh dipercaya. Musnahlah kemerdekaan Indonesia kalau alasannya atau
anjurannya didengarkan. Selama tentara Inggris berada di Indonesia janjinya
mesti dianggap sebagai tipu muslihat belaka. Tetapi rakyat Surabaya tiada
mendengarkan tujuan dan alasan wakil imperialisme Inggris itu. Rakyat Surabaya
yang bukan juris itu mengerti sungguh akan haknya satu Rakyat Merdeka. Rakyat
Surabaya pegang senjata di tangannya. Dengan senjata di tangannya dia akan
pertahankan kemerdekaannya. Itulah sifat jantan! Itulah sifat yang cerdik
berdasarkan keinsyafan akan hak sendiri, kewajiban sendiri, dan kehormatan akan
diri sendiri. Barangsiapa yang tak menjalankan sifat itu dia tidak mau merdeka,
dia tidak mempunyai kehormatan atas dirinya sendiri. Dia itu adalah orang
budak, atau agen Nica yang bersembunyi. Dalam hakikatnya dia adalah seorang
pengkhianat. Ada yang mengeluh, kita tiada bisa melawan tank raksasa, melawan
kapal perang dan kapal terbang Inggris. Saya jawab, bukankah sudah tiga minggu
kita menahan hujan pelor? Berapakah kerugian yang diperoleh musuh dalam tiga
minggu itu? Apakah kemenangan yang diperolehnya dalam tiga minggu itu? Bisakah
Inggris-Belanda mengurusi pabrik, toko, atau kebun di tempat yang didudukinya?
Selama dia tidak bisa mencari untung dengan menghisap keringat dan darah rakyat
Indonesia, selama itulah perampasan sejengkal atau dua jengkal tanah itu satu
kesulitan bagi dirinya sendiri. Tanah yang dirampas itu mesti dipertahankan
siang dan malam terhadap serangan rakyat dan tentara Indonesia. Ongkos
mempertahankan sehari demi sehari bertimbun-timbun. Sehari demi sehari
Inggris-Nica akan merasai tajamnya senjata rakyat Indonesia yang tak kurang
tajam dari senjata biasa. Senjata ekonomi, di samping penyerbuan secara gerilya
yang tak putus-putusnya, bukanlah senjata yang bisa diabaikan begitu saja,
walaupun Inggris lengkap bersenjata. Seandainya Inggris-Nica bisa merebut semua
kota-kota di pesisir ini belum berarti mereka menang! Masih jauh jalan yang
mesti mereka tempuh. Selama rakyat Indonesia bersatu, berdisiplin, dan insyaf
akan muslihat yang harus dijalankan serta yakin akan kebenaran sendiri serta
kesalahan musuh, selamanya Inggris-Nica masih dalam tingkat permulaan. Di
Magelang di mana kekuatan armada tak berlaku, di sana Inggris dikalahkan.
Dikalahkan, Saudara! Apakah artinya kalau tentara yang paling modern di dunia,
tentara yang sudah mendapat ujian di medan perang modern, dikalahkan, diusir,
atau dimusnahkan oleh rakyat dan tentara Indonesia yang tak beropsir, tak
bersenjata, dan tak berlatih cukup? Kepada prajurit Indonesia aku tak perlu
insyafkan atau tanyakan kejadian Magelang yang maha penting buat sejarah
Indonesia ini! Kepada pengeluh, pengesah, pengecut, kepada yang sangsi akan
kekuatan rakyat Indonesia, sangsi dengan segala yang berhubungan dan berbau
Indonesia, saya mau tanyakan sekali lagi artinya kemenangan Magelang itu. Saya
tambah pula tidak di Magelang saja rakyat Indonesia dan tentara Indonesia
menang berperang dengan tentara Inggris-Nica. Di semua tempat, di mana pasukan
berhadapan dengan pasukan, di sana Indonesia yang menang. Tak ada kecualinya.
Orang Inggris-Nica belum pernah menang sama orang Indonesia. Yang menang cuma
senjata luar biasa seperti meriam kapal perang yang menembak dari jauh di
tengah laut, atau kapal terbang yang tinggi sekali terbangnya. Apalagi kelak di
benteng kita yang paling akhir, yakni di pegunungan yang membujur di semua
kepulauan Indonesia, di sana Inggris-Nica akan berjumpa perjuangan yang
sesungguhnya. Di sana meriam armada takkan berdaya. Di pegunungan itu bom kapal
terbangnya takkan berarti. Di pegunungan tentara Indonesia akan menunggu,
seperti harimau menunggu musuh di tempat dan tempat yang menguntungkan bagi
dirinya sendiri dan mencelakakan musuhnya. Dari gunung gerilya Indonesia dengan
tak putus-putusnya akan menyerbu ke kota-kota, seandainya semua kota bisa
diduduki Inggris-Nica, yakni kalau Inggris- Nica bisa menduduki kota yang
hangus dan dikeringkan air minum dan makanannya. Di kota hangus Inggris-Nica
menderita serangan gerilya di hari malam dan kekuarangan makan di hari siang.
Siapakah di antara Saudara yang percaya Inggris-Nica bisa satu tahun saja duduk
di kota neraka semacam itu? Duduk siang malam dalam bahaya dan kekurangan
makan, tidur, dan ke plesiran? Di telinganya terdengar pula ocehan dan sumpah
dunia? Saudara-saudara! Diplomasi kita bukan diplomasi bertekuk lutut.
Diplomasi yang patah hati, diplomasi setengah atau tiga perempat jalan.
Diplomasi kita menghendaki kemerdekaan 100% sempurna. Kita tidak akan berhenti
selama kemerdekaan sempurna itu belum tercapai. Kita bisa tahan karena sudah
bisa melarat, karena bumi, iklim, memihak pula pada kita. Kita percaya kita
bisa mencapai kemerdekaan sempurna itu kalau kita cukup sabar, cukup tahan!
Cukup percaya akan hak dan kebenaran diri sendiri. Percaya akan kesalahan
Inggris-Nica. Akhirnya percaya akan keadilan manusia di dunia ini. Dunia sedang
mengamati kita! Dunia ikut menimbang siapa yang benar siapa yang salah. Dunia
ikut menimbang dan memperhatikan Indonesia kacau dan dikacaukan. Suara umum di
dunia besok atau lusa akan memihak kepada yang berhak dan menuduh serta
menghukum mereka yang mengcaukan serta berdosa. Kita menunggu sambil berjuang
sampai si penjajah itu musnah atau berangkat meninggalkan pesisir kita. Sampai
suara umum di dunia menyalahkan si penjajah. Saudara jangan lupa bahwa
Indonesia selain penting buat lalu-lintas, penting pula buat pembangunan
ekonomi di dunia yang rusak ini. Bahan dari Indonesia dibutuhkan buat semua
negara beradab di dunia. Kemauan dunia beradab buat perdamaian, kebencian
proletar Indonesia, kebencian rakyat jajahan terhadap imperialisme dan
persetujuannya dengan kemerdekaan, inilah semua perkara yang memihak kepada
Rakyat Indonesia Berjuang. Inilah diplomasi kita! Diplomasi berjuang! Dengan
begitu membangunkan rasa kebenaran dan keadilan di dunia dalam dan luar
Indonesia. Dengan begitu membelah dua kaum imperialisme dengan kaum pendamai.
Bukan diplomasi kompromis, diplomasi bertekuk lutut. Karena diplomasi bertekuk
lutut itu membimbangkan proletar dunia dan rakyat jajahan. Diplomasi bertekuk
lutut itu membencikan rakyat beradab di dunia, yang insyaf akan hak kemerdekaan
suatu bangsa dan hormat kepada rakyat lain yang membela kehormatannya sendiri.
Si lemah, si sangsi, si pesimis, seperti si pengkhianat memang banyak
alasannya. “Oh,” katanya, “kasihan sama rakyat, yang mesti berkorban!” Bukankah
Inggris-Nica yang menyebabkan korban itu? Bukankah imperialisme yang selalu
siap sedia mengorbankan puluhan juta manusia buat menjalankan politiknya? Di
zaman manakah, di negara manakah “kemerdekaan” itu diperoleh dan dipertahankan
dengan berdiplomasi dari gedung besar, bukan dengan pengorbanan puluhan malah
sering jutaan manusia? Lagipula apa artinya “senjata” Indonesia sekarang
mengorbankan 2 atau 3 juta rakyatnya buat kemerdekaan 68 juta sisanya? Bukankah
keamanan (!) dan ketentraman di bawah Jepang saja sudah menuntut korban 3 sampai
4 juta jiwa manusia? Jika Indonesia sekarang takut mengorbankan 1 atau 2 juta
rakyatnya (“seandainya” perlu pengorbanan begitu banyak dalam perjuangan, yang
tidak dikehendaki oleh rakyat Indonesia sendiri itu), kelak 70 juta orang
Indonesia akan dikorbankan selama-lamanya buat budak dalam kebun, pabrik, dan
tambang bangsa asing. Bukan Indonesia saja yang berkorban dalam perjuangannya
mempertahankan kemerdekaan sebagai hak mutlak dan hak alamnya itu, juga si
pemerkosa kemerdekaan kita itu mesti berkorban! Juga mereka perlu mengorbankan
harta bendanya, jiwanya, dan waktunya. Akhirnya yang tak boleh Saudara lupakan
adalah bahwa Inggris-Belanda sehari demi sehari mengorbankan namanya sebagai
negara beradab. Sekali dunia beradab mengutuki tindakan mereka terhadap satu
bangsa yang salahnya cuma karena ia mempertahankan haknya, pada saat itulah
kemenangan berada di tangan Indonesia. Indonesia akan terus berjuang sampai
saat itu tiba. Sampai si ceroboh, si penjajah bertekuk lutut. Muslihat Rakyat
Indonesia ialah berjuang lama, menyingkiri semua yang bersifat terburu nafsu,
bersifat tergesa-gesa, bersifat fanatik, dan bersifat perjudian. Dengan hati
tenang-tegap seperti baja, otak teduh berputar, dan akhirnya dengan kemauan dan
keyakinan kokoh-kuat, Rakyat Indonesia menunggu sampai fajar kemerdekaan itu
menyingsing! Kalau kita para prajurit kemerdekaan ini gagal dalam
perjuangannya, maka ini tidak berarti kita gagal karena salah dasar atau salah
muslihat. Kalau kita kelak gagal maka kegagalan itu mesti dicari pada kurang
teguhnya organisasi, lemahnya disiplin, serta kurangnya kecerdasan, kecerdikan,
dan kecakapan. Semua kekurangan bisa dan mesti kita singkirkan dari sekarang
juga! Tetapi di atas segala-galanya yang tiada boleh kurang, yang mesti
diperkokoh sekarang ini dan terus diperkokoh di hari depan ialah persatuan.
Jauhilah curiga mencurigai dan tuduh menuduh dengan tak ada alasan cukup.
PERSATUAN DAN DISIPLIN! DISIPLIN DAN PERSATUAN! SEKIANLAH!!