Muslihat Tan Malaka 1945 ( Part 4 )

Sumber Gambar : Tan Malaka
 I I.       Kemungkinan
SI GODAM : Laba rugi dalam suatu perjuangan itu memang mesti diakui lebih dulu sebelum perjuangan itu dilakukan.
SI PACUL : Bagaimana kemungkinan itu buat kita, Dam?
SI GODAM : Kemungkinan itu mesti dihubungkan dengan beberapa perkara yaitu: 1. perkara bumi iklim (geografi) 2. keadaan internasional 3. cacah jiwa (man power) 4. kebatinan (moral) 5. kemiliteran 6. kecerdasan 7. disiplin 8. persatuan 9. organisasi
SI TOKE : Jadi semuanya ada 9 (sembilan) perkara yang mesti kita periksa.
SI GODAM : Sebenarnya lebih! Tetapi buat sementara cukuplah yang 9 itu. Maksud kita dalam brosur ini juga bukan mengadakan penyelidikan yang sempurna. Melainkan buat memberi petunjuk sekadarnya saja. Penyelidikan yang lebih dalam dan lebih luas boleh diadakan di lain tempat dan di lain tempo.
SI PACUL : Cobalah periksa perkara itu satu persatunya.
SI GODAM : Dalam garis besarnya boleh dikatakan bahwa empat perkara yang bermula menguntungkan kita. Tetapi dalam 5 perkara di belakang kita banyak mempunyai kelemahan. Untunglah pula kelemahan itu bisa dilenyapkan sama sekali, asal saja kita mengerti dan mau.
SI TOKE : Mulailah memeriksa!
SI GODAM : Tidak perlu diperpanjang lagi bahwa bumi iklim membantu kita dalam perjuangan. Bumi iklim kita membiarkan padi, ubi, sayur tumbuh 12 bulan dalam setahun. Jadi terus-menerus. Sedangkan di hawa dingin, gandum, sayur itu dibiarkan tumbuh dalam enam bulan saja. Jadinya tak perlu mengadakan persiapan selama enam bulan bumi beristirahat. Sambil berjuang, pertanian bisa diteruskan. Pakaian boleh disusutkan kepada sarung dan celana pendek saja. Tak ada musim dingin yang akan mengirim kita ke liang kubur kalau tak berpakaian tebal dari bulu domba. Dalam hal menyesuaikan badan ke hawa kita, sudahlah tentu kita di pihak yang beruntung pula. Sebaliknya musuh yang dari iklim dingin mesti mengadakan persediaan-persediaan makanan, pakaian dll lebih dari kita. Lebih susah pula mereka menyesuaikan dirinya dengan bumi iklim kita yang umumnya panas itu.
SI TOKE : Pendeknya bumi iklim itu, apalagi jendral hujan di bulan duabelas dan satu berada di pihak kita!
SI GODAM : Keadaan Internasional! Walaupun belum begitu terang, karena kabar amat sedikit yang kita terima, tetapi keadaan internasional makin lama makin menguntungkan kita. Dalam garis besarnya dunia sekarang boleh dibelah dua. Pada satu pihak, ialah imperialisme Inggris-Amerika dengan punakawan yang diangkatnya kembali yakni Perancis dan Belanda yang sudah kapok tadi. Pada pihak lain ialah Soviet-Rusia di samping beberapa negara kecil di Eropa yang merasa tertindas dan seluruh bangsa berwarna yang dijajah di Asia dan Afrika. Tetapi imperialisme Anglo- Amerika itu bukanlah kekuatan bulat dan tetap. Dalam badannya sendiri kapitalisme Inggris-Amerika itu terbagi atas dua golongan bertentangan, yakni kaum proletar dan kaum hartawan (borjuis).
SI PACUL : Jadi salahlah pengiraan orang yang membulatkan saja kekuatan kapitalisme Inggris dan Amerika itu.
SI GODAM : Memang salah! Orang yang berpikir secara mesin memang tidak atau kurang sekali memperhatikan pertentangan. Pertentangan itu sehari demi sehari bertambah tajam. Perjuangan Republik Indonesia bukan “tiada” mempengaruhi pertentangan di dunia luar itu. Percayalah bahwa kelanjutan perjuangan Indonesia Merdeka akan memperdalam dan memperluas pertentangan itu. Pertentangan itu mungkin menguntungkan Indonesia.
SI PACUL : Perkara ketiga, cacah jiwa, bagaimana?
SI GODAM : Praktis 70 juta rakyat Indonesia bisa menggerakkan 14 juta orang. Yang paling kuat buat penyerbuan saja ada 7 juta orang. Andaikan musuh bisa memasukkan 200.000 serdadunya ke Indonesia, jadi satu musuh mesti menghadapi 35 orang Indonesia, bulatkan 36 orang. Apa artinya kelebihan bilangan itu?
SI TOKE : Ya, apa artinya man power, kekuatan orang itu?
SI GODAM : Andaikan (buat memudahkan berpikir saja) satu orang Gurkha bersenjata tommy-gun dikepung oleh 35 orang bergolok dan bambu runcing (andaikan orang Indonesia tak mempunyai granat tangan, bom pembakar mitraliur, ataupun bedil atau meriam). Yang punya 35 bambu runcing, yang mengepung satu Gurkha itu bergiliran menurut tiga rombongan. Tiap-tiap hari selama 24 jam perkelahian terus menerus. Apa akibatnya? Prajurit Indonesia bisa tidur dan beristirahat, si Gurkha mesti terus menerus berjaga- jaga. Tiap-tiap rombongan Indonesia yang terdiri dari 12 orang itu bisa bergiliran tiga kali sehari untuk menjaga satu orang Gurkha. Satu giliran 12 orang cuma selama 6 jam. Jadi tiap-tiap giliran, maka 12 orang Indonesia cuma perlu bertempur 8 jam saja dan kelak bisa 16 jam sehari mengaso atau tidur. Sedangkan satu Gurkha satu Inggris atau satu Nica mesti terus menerus 24 jam sehari menjaga 12 golok! Satu hari bisa berjalan dengan beres. Tetapi jika sampai dua atau tiga hari si Gurkha, Ingggris atau Nica terus menerus menjaga 12 tombak atau golok, maka mereka bisa mati, karena momok golok saja.
SI PACUL : Memang begitu dalam teori! Dan teori itu penting!
SI GODAM : Kalau teori itu dijalankan dengan kecerdasan mesti ada akibatnya yang baik. Perkara keempat, kebatinan tak perlu dituturkan panjang lebar. Laki perempuan, tua muda, orang Indonesia sekarang tak kalah lagi dengan rakyat yang serevolusinya di dunia ini di zaman manapun juga. Jadi empat perkara di atas yang amat penting sekali berada di pihak kita! Memang empat perkara itu lebih susah merombaknya, seandainya empat perkara itu tidak berada di pihak kita. Karena keempat perkara itu, terlebih tiga perkara pertama, adalah di luar kekuasaan kita (lebih obyektif).
SI PACUL : Apa artinya di luar kekuasaan kita?
MR. APAL : Memang tak bisa kita mengubah bumi iklim, keadaan internasional, dan cacah jiwa itu, yaitu secara lekas dan langsung.
DENMAS : Memang syukurlah semuanya itu ada di pihak kita. Perkara keempat itu, kebatinan, kalau buat seorang saja memang bisa diubah. Tetapi kalau untuk 70 juta manusia tentulah mustahil bisa diubah dalam sehari, sebulan, ataupun setahun. Kini kebatinan itu pun ada di pihak kita.
SI PACUL : Sekarang cobalah selidiki 5 perkara yang tiada di pihak kita itu!
SI GODAM : Bukan sama sekali di pihak kita. Jangan kau salah mengerti, Cul. Sebagian ada di pihak kita. Tetapi memang kurang! Jadi perkara kelima, kemiliteran: kurang menyenangkan. Pertama, opsir yang sungguh menerima ilmu kemiliteran amat kurang sekali. Tetapi nyata di mana ada, opsir itu bisa dipakai. Walaupun “dai-dancho” cap Jepang cuma mendapat latihan beberapa bulan saja, tetapi sudah terbukti bisa dipakai dengan hasil memuaskan. Opsir rendahan latihan Jepang juga amat memuaskan. Apalagi prajurit biasa! Beberapa prajurit biasa yang sudah pecah sebagai ratna! Sungguh menggembirakan dan memberi harapan besar buat tentara Republik Indonesia di hari depan.
SI TOKE : Aku pikir begitu juga. Sudah 22 hari sampai sekarang kita bisa tahan serangan serentak dari darat, laut dan udara Inggris. Dengan pompa air saja dulu Belanda bisa mengacau- balaukan rakyat berkumpul. Teruskan Dam!
SI GODAM : Latihan juga amat pendek. Tetapi juga memuaskan. Yang tidak memuaskan tentulah persenjataan. Di laut kita tak berdaya. Di udara kita tak bisa bikin apa-apa. Terhadap mortir, tank, dan kereta baja kita dengan keberanian luar biasa saja bisa mendapat satu dua kemenangan. Pabrik senjata kita tak punya. Kita belum bisa bikin tank, meriam, kapal perang, dan kapal terbang.Walaupun ada barang kita buat dijual kita tak punya hubungan dengan dunia luar buat jual beli.
DENMAS : Memang semua itu masih terlampau kurang! Tetapi senjata penting buat rakyat, yang sudah mulai kita bikin sendiri.
SI TOKE : Perkara keenam, kecerdikan, bagaimana?
SI GODAM : Bukti saja! Ketika Nica bersarang dan menyerang di Kebayoran, maka berduyun-duyun rakyat Banten datang menyerbu. Mereka datang dalam rombongan, biasanya dikepalai oleh seorang Kyai. Tetapi satu rombongan sampai di Kebayoran menyerbu menang dan usir musuh dari bentengnya. Rombongan menang tadi kembali ke desanya dan tinggalkan benteng begitu saja. Kemudian Nica itu masuk kembali. Pasukan lain dari Banten datang pula menyerbu, menang...... kembali ke desa. Nica kembali! Demikianlah seterusnya, tak ada pergabungan (koordinasi) di antara pasukan dan pasukan kita. Tak pula ada “rencana” yang mesti pasti dijalankan dengan tanggung jawab yang pasti dan serempak.
MR. APAL : Sungguh banyak contoh yang membuktikan kekurangan kita dalam hal “kecerdikan” menyusun dan mengerahkan tenaga dan senjata peperangan itu. Di sini kita bisa mengadakan perubahan besar.
SI GODAM : Disiplin! Tentulah ini jiwanya suatu organisasi dan perjuangan. Tak perlu kita panjangkan uraian ini. Disiplin itu mesti berupa hubungan bapak dan anak, kakak dan adik. Tetapi bagaimana juga sifat disiplin itu mesti ada! Perintah dari pimpinan itu mesti dijalankan dengan baik. Kalau tidak mesti timbul kekacauan. Tiap orang akan bertindak sendiri-sendiri menurut tempo, tempat, dan cara yang ditentukan masing-masing. Perkara tata tanggung jawab, perkara memberi dan menerima perintah, perkara menjatuhkan dan menerima hukuman (disiplin) masih banyak sekali yang mesti diperhatikan. Tetapi dengan kelemahan disiplin kita itu, heran juga kita melihat hasil perjuangan yang begitu mengagumkan. Apalagi pula kalau disiplin itu dipererat. Perlukah sekarang saya rundingkan perkara kedelapan, persatuan?
SI TOKE : Dalam garis besarnya perlu juga! Persatuan yang rapi antara pulau dan pulau amat terganggu. Itu tak mengherankan. Kita tak mempunyai armada yang kuat menjaga persatuan itu. Alangkah kuatnya Indonesia kalau armada buat memelihara persatuan itu ada! Sekarang persatuan Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku cuma dalam batin saja. Seberang yang sana jiwa hasratnya dengan Jawa dengar dari jauh bagaimana Jawa bertindak dan ambil pula tindakan semacam itu. Rencana bersama dibikin bersama dan dijalankan bersama serentak tak bisa dilakukan sekarang! Jangankan persatuan antara seberang dan Jawa! Antara provinsi dan provinsi saja di Jawa ini, malah antar daerah dan daerah (keresidenan) masih banyak kekurangan. Yang tak kurang menyedihkan pula ialah persatuan berembuk dan bertindak antara jabatan Negara. Kurang adanya persatuan Pemerintah Pusat dan Rakyat. Kurang persatuan Pemerintah Pusat dan Provinsi atau Daerah. Kurang persatuan antara Jabatan Politik. Jabatan Pertahanan Perekonomian di pusat, di provinsi ataupun kota.
SI PACUL : Sesudah kau sebut semuanya itu menjadi kusut hatiku, Dam. Akupun bisa tambah dengan beberapa contoh. Betapa tipisnya semangat kerja sama di antara awak sama awak. Belakangan ini ada penyakit baru: curiga mencurigai, tuduh menuduh, dan tangkap menangkap, culik menculik.
SI TOKE : Memang itu kemenangan musuh sampai sekarang! Daerah yang diduduki hampir tak ada artinya selama kita bersatu. Tetapi kalau racun perpecahan itu terus bermaharajalela di dalam barisan kita, maka akan berlaku kebenaran pepatah: “Bersatu kita kokoh berpecah kita roboh.”
MR. APAL : Mata-mata musuh itu memang satu bahaya yang mesti dibasmi. Tetapi janganlah “kecurigaan semata-mata” (kecurigaan melulu) yang menjadi dasar penyelidikan. Dasar kecurigaan melulu itu dari seseorang ke orang lain, tentulah menimbulkan kecurigaan si lain itu terhadap seseorang tadi pula, begitulah tak akan ada lagi orang yang percaya pada yang lain malah pada dirinya sendiri. Dalam hal itu kecurigaan menjadi penyakit yang tak terbasmi lagi dan memudahkan pekerjaan musuh yang selalu mengintai-intai saja, buat mengadudomba awak sama awak. Akhirnya kita sama kita akan bertempur seperti di zaman lampau.
SI TOKE : Bagaimana membasmi penyakit curiga mencurigai itu?
MR. APAL : Beranikanlah hati melihat tiap-tiap warga itu sebagai teman seperjuangan. Tenangkan pikiran menghadapi “bukti” yang dituduhkan terhadap seseorang Indonesia, apalagi kalau ia seorang yang pernah atau sedang bertempur di garis depan atau seorang pemimpin. Pisahkanlah tuduhan seseorang yang maksudnya cuma menaikkan diri sendiri dengan jalan menurunkan orang lain! Periksalah semua tuduhan dengan teliti. Baru kalau sah buktinya, jatuhkan hukuman yang sepadan dengan kesalahannya. Cuma kalau seorang Indonesia dalam suatu pertarungan mengerjakan pekerjaan penghianat maka dia dilayani secara kita melayani pengkhianat dengan tangkas dan hebat. Jika masih ada tempo mesti diadakan pemeriksaan yang seksama, sekali-kali kehormatan si tertuduh tak boleh diganggu.
DENMAS : Memang kita bertarung buat kehormatan Indonesia sebagai bangsa dan negara. Marilah lebih dahulu kita menghormati tiap-tiap warga negara republik, malah tiaptiap manusia!
SI PACUL : Delapan perkara sudah kau ajukan Dam! Kurasa betul bahwa empat perkara yang amat menguntungkan kita ialah: perkara bumi iklim, keadaan internasional, cacah jiwa, dan kebatinan. Benarlah pula bahwa lima perkara di belakangan, yakni perkara “kemiliteran, kecerdasan, dan organisasi” masih belum memuaskan sama sekali.
SI TOKE : Tetapi Godam, belum lagi engkau menguraikan organisasi.

SI GODAM : Sebenarnya perkara organisasi berseluk beluk juga dengan kemiliteran kita, kecerdasan, disiplin, dan persatuan. Berhubung dengan itu, maka kelemahan yang masuk dalam empat perkara tersebut masuk juga ke dalam kelemahan organisasi. Lagipula organisasi itu mengandung banyak perkara lain-lain yang amat penting artinya buat perjuangan. Sebab itu baiklah berikan pemandangan teristimewa tentang organisasi itu. 

Bersambung...
Previous
Next Post »