Cak Nun: Puasa Bersifat Lebih Revolusioner, Radikal Dan Frontal

Cak Nun, Sabda PerubahanBerbeda dengan shalat dan zakat, ibadah puasa bersifat lebih ‘revolusioner’, radikal, dan frontal. Pada orang shalat, dunia di belakanginya. Pada orang berzakat, dunia di sisinya, tetapi sebagian ia pilah untuk dibuang. Sementara pada orang berpuasa, dunia ada dihadapannya, tetapi tak boleh dikenyamnya.
Foto: Akun Instagram Sabda Perubahan

Orang berpuasa disuruh langsung berpakaian ketiadaan: tidak makan, tidak minum, dan lain sebagainya. Orang berpuasa diharuskan bersikap ‘tidak’ kepada isi pokok dunia yang berposisi ‘ya’ dalam substansi manusia hidup. Orang berpuasa tidak menggerakkan tangan untuk mengambil dan memakan sesuatu yang disenangi; dan itu adalah perang frontal terhadap sesuatu yang sehari-hari merupakan tujuan dan kebutuhan.

Puasa adalah pekerjaan menahan di tengah kebiasaan menumpahkan, atau mengendalikan di tengah tradisi melampiaskan. Pada skala yang besar nanti kita bertemu dengan tesis ini: ekonomi-industri-konsumsi itu mengajak manusia untuk melampiaskan, sementara agama mengajak manusia untuk menahan dan mengendalikan. Keduanya merupakan musuh besar dan akan berperang frontal jika masing-masing menjadi lembaga sejarah yang sama kuat.

Foto: Akun Instagram Sabda Perubahan
Baca: Pramoedya Ananta Toer Akan Terbang Lebih Tinggi Lagi

Sementara ibadah haji adalah puncak ‘pesta pora’ dan demonstrasi dari suatu sikap dimana dunia disepelekan dan ditinggalkan. Dimana dunia disadari sebagai sekadar seolah-olah megah.

Ibadah tawaf adalah aktualisasi dasar teori inna lillahi wa-inna ilaihi raji’un: suatu perjalanan nonlinier, perjalanan melingkar, perjalanan siklikal, perjalanan yang ‘menuju’ dan ‘kembali’-nya sejarah. Ihram adalah ‘pelecehan’ habis-habisan atas segala pakaian dan hiasan keduniaan yang palsu: status sosial, gengsi budaya, pangkat, pemilikan, kedudukan, kekayaan, atau apa pun saja yang sehari-hari diburu oleh manusia. (dikutip dari tulisan “Makna Spiritual dan Sosial Puasa” , dalam buku ‘Tuhan Pun Berpuasa’, Emha Ainun Nadjib, Penerbit Buku Kompas, Juni 2012. Hal. XIV-XV)
Previous
Next Post »

Terima kasih atas kunjugan dan komentar pada kiriman ini. ConversionConversion EmoticonEmoticon Off Topic

Thanks for your comment