Ruang Putih, Rumah Juang Demokrasi - Bila meninjau Tan Malaka dalam MADILOG yang ditulis pada
masa ‘rantau’-nya, ia mempersoalkan suatu kekuatan sejarah besar ‘kritisisme’
manusia Indonesia yang masih harus dikembangkan untuk mempengaruhi dunia pada
saat kondisi eksternal masyarakat Indonesia sedang terpengaruh perkembangan
kapitalisme dunia. Menurut Tan Malaka, motor penggerak sejarah adalah pikiran
rasional (akal) lebih utama dari pada perjuangan kelas. Sejarah harus baik,
berjalan dengan baik dengan tujuan penyempurnaan masyarakat.
Foto: Akun instagram Sabda Perubahan |
Harapan Tan Malaka menggambarkan harapannya sebagai orang Minangkabau atau sebagai seorang revolusioner. Sebuah pernyataan yang tidak menolak realitas kesejarahan.
MADILOG, sebuah karya filsafat panjang yang ditulis Tan Malaka 1942-1943 adalah pandangan Tan Malaka sendiri, karya puncaknya, harta yang paling lengkap dan paling menyeluruh membahas filsafatnya. Cara berfikir MADILOG diajukan oleh Tan Malaka sebagai senjata untuk melawan apa yang ia kategorikan sebagai cara berfikir ketimuran yang kuno, penuh mistik dan idealistik yang masih dominan.
Dasar filsafat dalam MADILOG yang pertama adalah materialisme. Materialisme yang digunakan disini berbeda dengan yang di barat yang dasar aksiomanya tidak cocok diterapkan. Perhatian utama Tan Malaka selain terhadap alam adalah terhadap jiwa, semangat, energi dan vitalitas. Ia menilai animisme, yang menurutnya adalah landasan kepercayaan terhadap jiwa. Berbeda dengan materialisme barat, materialisme MADILOG muncul sebagai citra kosmocentrisme dan idealisme negative. Dengan demikian materialisme Tan Malaka adalah semacam realisme dan pragmatisme antropocentris, fokusnya pada manusia yang secara rasional menggunakan lingkungannya. Cara materialisme yang dipakainya adalah ‘mencari jawaban berdasarkan sejumlah bukti yang telah diuji dan diketahui’.
Junjung Sirih, 2010
Terima kasih atas kunjugan dan komentar pada kiriman ini. ConversionConversion EmoticonEmoticon Off Topic