![]() |
Sumber Gambar : Tan Malaka |
Ditulis oleh Tan Malaka di Surabaya, 2 Desember 1945
Sumber: Tulisan ini diambil dari buku Merdeka 100%,
cetakan pertama, Oktober 2005, dengan ijin dari penerbit Marjin Kiri. Buku ini mengandung tiga tulisan Tan Malaka: Politik, Rencana Ekonomi Berjuang, dan Muslihat..
cetakan pertama, Oktober 2005, dengan ijin dari penerbit Marjin Kiri. Buku ini mengandung tiga tulisan Tan Malaka: Politik, Rencana Ekonomi Berjuang, dan Muslihat..
PENGANTAR
TIGA MINGGU yang lampau Inggris-Nica dengan alasan yang dicari-cari
dan berputar-putar dari tempo ke tempo, memajukan tuntutan pada kota Surabaya :
supaya rakyat dan tentara dilucuti senjatanya. Maksudnya ialah supaya sesudah
rakyat dan tentara dilucuti senjatanya, barulah Nica mau berunding dengan para
pemimpin rakyat.
Tuntutan itu cuma satu artinya: Rakyat Indonesia lebih dahulu mesti
dilucuti senjatanya. Kemudian akan dijajah kembali oleh Belanda, dengan Inggris
sebagai pembantunya.
Rakyat Surabaya tak mau dilucuti senjatanya dan tak mau dijajah
kembali. Tak mau pula ia berunding dengan senjata musuh di depan dadanya. Ini
cocok dengan kemauan Rakyat Indonesia
seluruhnya. Cocok pula dengan anjuran para pemimpin terkemuka di zaman Jepang.
Cocok pula dengan semangat kemerdekaan yang sudah didengungkan selama 40 tahun.
Cocok dengan hak dan kehormatan suatu Negara Merdeka.
Inggris-Nica dalam hakikatnya mau menjajah. Tuntutannya di atas tadi
yang ditolak oleh rakyat Surabaya ,
dilaksanakannya dengan serangan gabungan dari laut, darat, dan udara.
Serangan yang sedahsyat-dahsyatnya selama ini.
Tiga minggu lamanya rakyat Surabaya
sudah menahan serangan ini.
Hampir berbarengan dengan serangan Suarabaya, dengan maksud begitu
juga dan alasan sejenis itu juga —yakni alasan “macan mau memakan anak kambing”
menurut cerita terkenal— dengan alasan pura-pura itu sedang terjadi pertarungan
hebat di Semarang , Ambarawa, Magelang, Jakarta , Bandung ,
dan Sumatera. Di mana-mana rakyat menang kalau cuma menjumpai perlawanan
pasukan melawan pasukan. Tak ada pasukan Inggris-Nica yang bersenjata lengkap
yang bisa menahan serangan pasukan Indonesia bersenjata serba kurang.
Inggris bisa menang cuma dengan senjata luar biasa, yang membuat “orangnya”
Inggris-Nica tak kelihatan lagi. Makin dekat ke pantai makin besar keuntungan
dan kekuatan Inggris. Makin jauh dari pantai makin besar pula keuntungan dan
kekuatan Indonesia .
Dari Magelang Inggris-Nica sudah terusir sama sekali! Selalu saja Inggris,
Belanda, Gurkha ... ataupun Jepang lari tunggang langgang kalau berhadapan
pasukan melawan pasukan, orang melawan orang!
Rakyat Indonesia
sudah menyambut “PERANG” yang tiada dinyatakan dengan “PERANG”. Rakyat kita
sudah benar sikapnya! Rakyat sedang berjuang mati-matian membela sikapnya yang
benar itu. Rakyat Indonesia
sedang membikin sejarah buat Negara Indonesia dan dunia lain. Rakyat Indonesia ada
di bawah pengobaran dunia. Kalah atau menangnya kelak Rakyat Indonesia
tiadalah terletak pada kalah atau menangnya berjuang dalam peperangan yang tak
sama persenjataan itu!
Kalah atau menangnya itu terletak pada “salah atau benarnya”. Ia mengambil
“sikap” terhadap kecerobohan. Dan juga pada lemah atau kuat imannya memegang
sikap yang sudah diambilnya. Seandainya pada tanggal 10-11 November itu rakyat Surabaya bertekuk lutut terhadap tuntutan yang melanggar
hak dan kehormatannya sebagai bangsa merdeka, maka dunia luar dan anak cucu
Rakyat Indonesia
sekarang akan mengutuki sikap bertekuk lutut itu.
Seandainya kelak Rakyat Indonesia
karena kalah sementara pada satu tempat saja sudah patah hatinya dan kemudian
mengubah sikapnya, berkhianat kepada sikapnya bermula, maka dunia luar dan anak
cucu Rakyat Indonesia tiada
akan memandang Rakyat Indonesia
masak buat merdeka. Tetapi jika sikap yang benar itu tiada bisa menang dalam
perjuangan ini, maka di hari depan sikap itu akan diteruskan dipakai pada
perjuangan yang akan datang sampai maksud itu tercapai.
Rakyat Indonesia
pendeknya sedang berjuang buat kebenaran dan keadilan! Apakah muslihat yang
mesti dijalankan dalam peperangan yang tidak sama persenjataan ini?
Di tengah-tengah dentuman mortir dan bom, sambil memperhatikan sikap
tegak-tenang di pihak rakyat dan prajurit Surabaya, saya di masa ini lebih
yakin lagi akan kebenaran MUSLIHAT yang mesti dijalankan, MUSLIHAT mana sudah
lama terkandung dalam pikiran.
MUSLIHAT dalam arti seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya itulah yang
saya coba bentangkan di sini!
Mudah-mudahan brosur ini akan memberi faedah pada para pemimpin
perjuangan Indonesia
yang maha dahsyat dan paling modern ini. MERDEKA !!!
****
I. Suasana
A. IKLIM
PERJUANGAN
Republik Indonesia
yang didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945 berada dalam perjuangan yang hebat
dahsyat. Percakapan yang berhubungan dengan Indonesia Merdeka diteruskan oleh
MR. APAL, TOKE, DENMAS, PACUL, dan GODAM. Dalam hal merundingkan muslihat yang
patut dijalankan ini pun nyata bahwa masing-masing pembicara terkungkung oleh
sifat golongan sendiri-sendiri.
SI PACUL : Merdeka!
BERSAMA : Merdeka, Cul! Perubahan besar, Cul,
buat engkau dari ucapan selamat pagi, apa kabar sampai merdeka! Kami kira
engkau akan menyerbu dengan Kyai Kebal ke Surabaya !
Sudahkah engkau terima jimat dan berkahnya Kyai Kebal. Mukamu berseri seperti
baja saja, penuh kepercayaan.
SI PACUL : Betul saya percaya tetapi tidak atas
kekebalan diriku sendiri. Saya percaya atas kekebalan 70 juta rakyat Indonesia . Asal
saja semua syarat perjuangan dipahamkan dan MUSLIHAT dijalankan 70.000.000
manusia takkan dapat dijajah kembali.
Bersambung....