[Puisi] Sajak Sebotol Bir - W.S. Rendra

Puisi, Sabda Perubahan -
Menenggak sebotol bir
menatap dunia
dan melihat orang-orang kelaparan.
Membakar dupa
mencium bumi
dan mendengar derap huru-hara
Hiburan kota besar dalam semalam
sama dengan biaya pembangunan sepuluh desa!
Peradaban apakah yang kita pertahankan ?
Foto: Akun Instagram Sabda Perubahan

Mengapa kita membangun kota metropolitan
dan alpa terhadap peradaban di desa ?
Kenapa pembangunan menjurus kepada penumpukan
dan tidak kepada pengedaran ?
Kota metropolitan di sini tidak tumbuh dari industri
tapi tumbuh dari kebutuhan negara industri asing.
akan pasaran dan sumber pengadaan bahan alam.
Kota metropolitan di sini
adalah sarana penumpukan bagi Eropa, Jepang, Cina, Amerika, Australia, dan negara industri lainnya.

Di manakah jalan lalu lintas yang dulu?
Yang menghubungkan desa-desa dengan desa-desa?
Kini telah diterlantarkan.
Menjadi selokan atau kubangan.
Jalan lalu lintas masa kini
mewarisi pola rencana penjajah tempo dulu
adalah alat penyaluran barang-barang asing dari
pelabuhan ke kabupaten-kabupaten dan
bahan alam dari kabupaten-kabupaten ke pelabuhan.
Jalan lalu lintas yang diciptakan khusus,
tidak untuk petani,
tetapi untuk pedagang perantara dan cukong-cukong.
Kini hanyut dalam arus peradaban yang tidak kita kuasai.
Di mana kita hanya mampu berak dan makan,
tanpa ada daya untuk menciptakan.
apakah kita akan berhenti sampai di sini?
Apakah semua negara yang ingin maju harus menjadi negara industri?
Apakah kita bermimpi untuk punya pabrik-pabrik
yang tidak henti-hentinya menghasilkan.
harus senantiasa menghasilkan.
dan akhirnya memaksa negara lain
untuk menjadi pasaran bagi barang-barang kita ?
Apakah pilihan lain dari industri hanya pariwisata ?
Apakah pemikiran ekonomi kita
hanya menetek pada komunisme dan kapitalisme ?
Kenapa lingkungan kita sendiri tidak dikira?
Apakah kita akan hanyut saja
di dalam kekuatan penumpukan
yang menyebarkan pencemaran dan penggerogosan
terhadap alam di luar dan alam di dalam diri manusia?

Kita telah dikuasai satu mimpi
untuk menjadi orang lain.
kita telah menjadi asing
di tanah leluhur sendiri.
Orang-orang desa blingsatan, mengejar mimpi,
dan menghamba ke Jakarta.
Orang-orang Jakarta blingsatan, mengejar mimpi,
dan menghamba ke Jepang, Eropa, atau Amerika.


Karya: W.S Rendra
Previous
Next Post »

Terima kasih atas kunjugan dan komentar pada kiriman ini. ConversionConversion EmoticonEmoticon Off Topic

Thanks for your comment