The Founding Father, Sabda Perubahan - Jika kita membaca pidato
Sukarno pada 1 Juni dengan saksama, kita amat mudah menemukan betapa Sukarno
tidak hanya menggali ke dalam, tapi juga menggapai-gapai ke samping, kepada
khasanah pemikiran politik modern.
Foto: Akun Instagram Sabda Perubahan |
Dalam pidatonya Sukarno
berbicara tentang Ibnu Saud kala mendirikan dinasti Saudi Arabia atas dasar
Islam. Tapi pada saat yang sama ia juga bicara dengan sama menggairahkannya
kala membahas bagaimana Vladimir Lenin, Adolf Hitler, Sun Yat Sen, hingga
Gandhi membangun Sovyet, Jerman, Tiongkok dan India. Ia mendasarkan
argumentasinya kepada Ernest Renan dan Otto Bauer kala menjelaskan alasan
mengapa Indonesia harus merdeka sebagai nation-state.
Baca juga: Tan Malaka Beranggapan Marxisme Bukan Kajian Dogma, Melainkan Suatu Petunjuk Untuk Aksi Revolusioner
Lima dasar yang ditawarkan Sukarno kala itu, lantas ia saripatikan ke dalam satu istilah, "gotong royong". Kata Sukarno di bagian akhir pidatonya: "Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan gotong royong. Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara gotong-royong!".
1 comments:
Click here for commentsI like it's Soekarno
Terima kasih atas kunjugan dan komentar pada kiriman ini. ConversionConversion EmoticonEmoticon Off Topic